Perkenalan kami

Jakarta Selatan, DKI Jakarta, Indonesia

Senin, 01 Juni 2009

Memperbaharui Komitmen Keislaman Kita

Titik penyimpangan terakhir dan paling telak sepanjang sejarah umat kita, adalah ketika ia mulai merambah wilayah akal, pemahaman, dan pemikiran. saat itu, semua penyimpangan dari berbagai aspek dan dimensi mendapatkan legitimasi ideologis yang selanjutnya berakar sebagai potret budaya, peradaban, dan sejarah kita.
Pada titik itu, kita sebagai komunitas peradaban, secara global kehilangan identitas ideologi. Yang terjadi kemudian, umat kita secara hampir merata pada tiap individu, seperti terlepas dari ikatan ideologi yang mengikatnya dengan umat, dalam hal ini sebagai komunitas, dalam suatu rumpun keluarga ideologi besar. Kita kehilangan rasa 'in group', rasa afiliasi, dan kebergabungan. ketika bagian emosional ini hilang dan lepas dari instrumen kepribadian Muslim, adalah naif untuk menantikan suatu keterlibatan diri mereka dalam mengemban misi Islam kepada dunia.
Dalam perspektif peradaban, inilah titik paling krusial yang menimpa kepribadian budaya, peradaban, dan sejarah kita. Ini tidak persis sama dengan suatu kondisi kevakuman ideologi. sebab ideologi kita masih ada, dan tetap tersimpan rapi serta utuh dalam Al Quran dan As Sunnah. Tapi yang terjadi adalah, bahwa kita secara rasional, spiritual, emosional, terlepas dari segala bentuk hubungan dengan ideologi itu.
Dengan begitu, semua upaya merekayasa kebangkitan umat, harus berula dari titik ini :
mengembalikan identitas ideologi, budaya, peradaban, dan sejarah umat. sebab, kesadaran akan identitas ideologi dan kepribadian budaya, dengan sendirinya akan menumbuhkan komitmen afiliasi, in groupi, dan rasa kebergabungan dalam suatu komunitas ideologi dan budaya yang besar.
Sekarang kita mengetahui bahwa segala peristiwa yang terjadi sebagai usaha penyudutan umat Islam seperti di Kashmir, Palestina, Bosnia, Imperialisme negara-negara berpenduduk muslim adalah 'stimulan-stimulan' peradaban bagi proses pembangunan dan kebangkitan Umat dikemudian hari.
Sekarang yang dapat meramal bahwa akan seperti apa kita sebagai umat impian ke depan, adalah dengan amal kolektif kita. Jika amal kolektif kita baik dan saling mendukung, maka akan terciptalah peradaban yang telah hilang 1 abad yang lalu dan kembali memberikan cahaya keadilannya kepada umat sepanjang masa. Namun jika amal kolektif kita buruk dan saling mencerca, maka hilanglah harapan kita terhadap pertolongan Allah untuk kembali bangkit dari tudur panjang ini.
Wallahualam bisawab...

(arsitek peradaban, Anis Matta)

Tidak ada komentar:

Seberapa penting belajar Syariah